KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji serta syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dan berkat
Rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengaruh Budaya
Terhadap Kemampuan Manajerial”. Makalah
ini di buat berdasarkan tugas dari mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Saya mengucapkan terima kasih kepada
teman serta sumber-sumber yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. Saya ucapkan terima kasih juga
kepada Bapak dosen Ilmu Budaya Dasar, yaitu Heri Suprapto karena telah memberikan saya
kesempatan untuk membuat makalah ini.
Karena keterbatasan waktu, tenaga
dan kemampuan, saya menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan
para pembaca dapat memaklumi setiap kekurangan dalam makalah ini, dan semoga
tidak menjadi halangan bagi para pembaca untuk memahami arti, maksud, dan
tujuan yang ingin kami sampaikan
Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih serta hormat atas segala bimbingan, pengarahan, dan
yang telah memberikan bantuannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Terima kasih, dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan juga kita semua.
Depok, November 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II
PEMBAHASAN 3
2.1 Kinerja Menejerial 3
2.2 Budaya Organisasi 4
2.3 Defenisi Budaya Organisasi 5
2.4 Dimensi Budaya Organisasi 6
2.5 Pengertian
Wewenang Organisasi 10
2.6 Delegasi
Wewenag11
2.7 Wewenag
Lini, Staf dan Star Fungsional11
BAB III PENUTUP 14
3.1
Kesimpulan 14
3.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Kemampuan
manajerial yang dibutuhkan dalam mengelolah perusahaan dan penyusunan laporan
keuangan sebagai informasi yang disampaikan kepada pihak internal dan ekternal
merupakan salah satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan, adanya manajer
yang berhasil dalam mendesain proses bisnis yang efisien dan mampu membuat
keputusan-keputusan yang memberi nilai tambah bagi perusahaannya
Peran manajer dalam organisasi sangat menentukan efektivitas
organisasi. Efektif di sini artinya manajer
menjalankan pekerjaan yang benar, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Untuk mencapai efektivitas organisasi, kegiatan atau fungsi manajer mengarah pada
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian.
Kotter dan Hesket (1997) mengatakan
peranan manajer sangat penting. Mereka mengatakan bahwa ketika anggota
organisasi merasa tidak perlu ada perubahan, maka seorang manajer dengan visi
yang jelas dan gaya komunikasi yang baik dapat menciptakan kebutuhan akan
perubahan untuk kemajuan perusahaan. Barney (dalam Javidan 1998) menyebutkan
salah satu sumber daya organisasi adalah budaya dan reputasi.
Secara konseptual bagaimana budaya
organisasi dapat mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi adalah karena
adanya kesamaan persepsi. Persepsi ini didasarkan pada dugaan bahwa cara
beradaptasi dan menyesuaikan diri individu dengan lingkungan kerjanya kan lebih
baik bila nilai-nilai yang terdapat dalam organisasi sesuai harapan setiap
invidu
1
Informasi
laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban
manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain
dalam menaksir earnings power perusahaan dimasa yang akan datang. Oleh karena
itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat
membuat laporan keuangan menjadi baik
Budaya organisasi mempengaruhi sejumlah keluaran seperti
kinerja suatu organisasi. Kotter
dan Hesket (1997) menemukan bahwa perusahaan dengan budaya yang mementingkan
pelanggan, pemegang saham dan karyawan berkinerja lebih baik dibandingkan
perusahaan yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut.
Mengingat pentingnya kinerja
manajerial dalam mencapai tujuan organisasi dan terbatasnya penelitian mengenai
pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja manajerial, maka saya membuat
makalah ini.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
- Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja manajer ?
- Dimensi apa saja yang ada dalam budaya organisasi ?
3.
Bagaimana pengertian dari wewenang organisasi?
4.
Bagaimana delegasi wewenang organisasi?
5.
Bagaimana struktur lini, staf, dan fungsional dan
wewenangnya?
1.3 TUJUAN
- Untuk memberikan informasi mengenai masalah wewenang organisasi, staf, struktur lini, fungsional dan wewenangnya serta delegasi wewenang organisasi.
- Untuk menambah wawasan khususnya yang berkaitan dengan budaya organisasi.
- Untuk mengetahui sejauh mana peran budaya organisasi dapat meningkatkan kinerja manajer.
- Untuk mengetahui bagaimana cara organisasi dalam mengelola budaya organisasi agar tujuan perusahaan tercapai.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KINERJA
MANAJERIAL
Manajer bekerja melalui orang lain, istilah “orang” di sini bukan saja
bawahan dan supervisor, tetapi juga manajer lain dalam organisasi yang
bersangkutan. Pengertian “orang” juga mencakup individu-individu di luar organisasi,
seperti: pelanggan, pemasok, dan sebagainya. Orang-orang ini dan yang lainnya
menyediakan barang dan jasa bagi organisasi atau menggunakan produk atau jasa
yang di hasilkan organisasi. Dengan
demikian para manajer bekerja dengan siapa saja pada setiap tingkat baik
didalam maupun di luar organisasi yang dapat membantunya dalam mencapai tujuan
organisasi.
Ukuran
kemampuan manajerial adalah memberikan nilai efisiensi untuk masing-masing
perusahaan berdasarkan faktor input dan output perusahaan. Penyusunan
laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para
investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi
yang akan dilakukan. Laporan keuangan lebih rasional dan adil dalam
mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil adalah accrual oleh karena
itu proses penyusunan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu
yang dapat menentukan kualitas laporan keuangan.
Informasi
laba merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggungjawaban
manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain
dalam menaksir earnings power perusahaan dimasa yang akan datang. Oleh karena
itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat
membuat laporan keuangan menjadi baik
Tujuan para manajer dalam setiap
organisasi ialah menciptakan perilaku yang dikoordinasikan sehingga organisasi
tersebut dinilai efektif oleh mereka yang mengevaluasi hasilnya.
3
Untuk
mencapai efektivitas organisasi, fungsi manajer diarahkan pada kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Perencanaan memungkinkan manajer
menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran dan tujuan organisasi.
Pengorganisasian merupakan kegiatan merancang dan mengembangkan organisasi agar
dapat menjalankan apa yang telah direncanakan.
Seberapa jauh sebuah organisasi
mencapai tujuan, tergantung pada kinerja manajer dalam organisasi tersebut,
artinya bagaimana dia menjalankan kegiatan atau fungsinya. Namun untuk mencapai kinerja yang
baik kemampuan seorang manajer semata-mata tidaklah cukup. Diperlukan sumber daya organisasi
yang lain agar kinerja seorang manajer menjadi baik yang pada giliranya akan
mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Bahwa kinerja manajerial dipengaruhi
oleh sumber daya organisasi termasuk juga pengaruh budaya organisasi.
Seorang manajer lebih tahu akan bisnis yang mereka dan mereka mampu untuk
beroperasi secara efisien dan juga semakin kecil kemungkian memiliki
akrual salah.
Manajer adalah pelaku
yang menyusun atau membuat laporan keuangan sehingga kualitas laba tergantung
dari siapa yang membuatnya, hal ini menarik untuk dilakukan guna menjawab
pertanyaan apakah semakin cakap/pandai/yang memiliki kemampuan seorang
manajer akan berarti manajer tersebut dalam penyusunan laporan
keuangan yang disajikan lebih baik (labanya berkualitas) ataukah
sebaliknya.
2.2 BUDAYA
ORGANISASI
Budaya (culture) telah didefinisikan
dengan berbagai cara dan sedikit kesepakatan mengenai definisi yang tepat
(Pratt dan Beaulieu, 1992). Budaya merupakan sekumpulan nilai-nilai,
kepercayaan dan norma yang dirasakan bersama (Umiker, 1999). Budaya selalu merupakan suatu
perwujudan bersama, karena budaya setidak-tidaknya dirasakan sebagian orang
yang hidup atau tinggal pada lingkungan social yang sama, dimana budaya
dipelajari, yang membedakanya dengan orang di luar lingkunganya (Hofstede,
1997).
Manifestasi budaya dibagi dalam
empat kategori (Hofstede 1990;1997) yaitu, symbols,
heroes, rituals, dan value. Symbols adalah kata-kata, isyarat,
gambar, atau benda yang membawa arti khusus dalam budaya.
4
Heroes adalah
orang-orang baik yang hidup atau telah meninggal, nyata atau imajiner,
mempunyai karakteristik yang bernilai tinggi dalam budaya dan sekaligus diperlakukan
sebagai panutan dalam berperilaku. Rituals adalah kegiatan bersama yang secara teknis berebih-lebihan namun
secara sosial penting dalam budaya. Symbols, heroes dan rituals digolongkan dalam istilah practices, karena ketiganya kelihatan
oleh pengamat atau
pihak luar meskipun arti budayanya terletak acara anggota mempersepsikanya.
Inti dari budaya dibentuk oleh values. Values adalah perasaan yang
memiliki sisi positif dan negatif, yang terdiri dari baik dan jahat, cantik dan
buruk, normal dan abnormal, paradox dan logis rasional dan irasional .
2.3 DEFINISI
BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi adalah nilai-nilai
yang dirasakan bersama oleh anggota organisasi (sub unit organisasi) yang
diwujudkan dalam bentuk sikap perilaku dalam organisasi (Pratt dan Beaulieu,
1992.Schein (1992) mendefinisikan budaya organisasi sebagai pola asumsi dasar
(digali, ditemukan atau dibangun suatu kelompok sebagai pembelajaran untuk
menanggulangi masalah-masalah yang berkaitan dengan adaptasi). Integrasi
Internal dan Integrasi Eksternal yang telah bekerja dengan baik untuk dianggap bernilai,
oleh karena itu diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yag benar untuk
mempersepsikan, memikirkan dan merasakanya dalam hubunganya dengan masalah
tersebut.
Kotter dan Hesket (1997) mengatakan bahwa budaya organisasi
mempunyai dua tingkatan yang berbeda dilihat dari sisi kejelasan dan ketahanan
mereka terhadap perubahan. Pada
tingkatan yang lebih dan kurang dalam terlihat, budaya merujuk pada nilai-nilai
yang dianut bersama oleh orang dalam kelompok-kelompok dan cenderung bertahan
sepanjang waktu meskipun anggota kelompok telah berubah melalui uraian di atas, terlihat
walaupun terdapat berbagai definisi budaya organisasi namun terlihat terdapat
pengakuan akan pentingnya norma bersama dan nilai-nilai yang membimbing
perilaku anggota organisasi.
Budaya
organisasi memiliki beberapa karekteristik (Luthan, 1998) seperti dibawah ini:
a.
Observed behavioral regulities, ketika anggota organisasi berinteraksi
dengan yang lainnya, mereka
menggunakan bahasa yang umum, terminology dan ritual yang berhubungan dengan rasa
5
hormat dan cara
bertindak.
b.
Norms, pedoman
perilaku termasuk petunjuk bagaimana pekerjaan dilakukan.
c. Dominant
values, terdapat
nilai-nilai utama yang dianjurkan organisasi dan diharapkan dirasakan bersama
para anggota. Misalnya kualitas produk, tingkat kehadiran (low absenteeism) dan efisiensi.
d.
Phisolopy, terdapat kebijakan yang mengatur keyakinan organisasi
tentang bagaimana pegawai atau pelanggan diperlakukan.
e.
Rules, terdapat
petunjuk ketat/teliti yang berhubungan dengan kelangsungan keanggotaan
organisasi.
f.
Organizational climate, ini merupakan keseluruhan perasaan yang dibawa dengan
kesiapan jasmani, cara anggota organisasi berinteraksi dan berperilaku diantara
mereka dan dengan pelanggan atau pihak luar lainnya.
2.4 DIMENSI
BUDAYA ORGANISASI
Dimensi budaya organisasi terbukti mempengaruhi kinerja
organisasi sehingga diduga mempengaruhi kinerja manajerial juga. Budaya organisasi meresap dalam
kehidupan organisasi dan selanjutnya mempengaruhi setiap aspek kehidupan
organisasi (Saffold, 1988). Jadi, budaya organisasi sangat berpengaruh besar pada aspek-aspek fundamental dari kinerja
organisasi (Gardner, 1999).
Jika budaya organisasi merupakan aspek penting dalam
meningkatkan kinerja maka budaya organisasi harus dikelola dengan baik. Untuk dapat mengelola dengan baik
diperlukan pengertian yang jelas dan perhatian terhadap budaya organisasi.
Menurut Denison (2000) untuk
menggunakan budaya organisasi sebagai kunci pengungkit perubahan organisasi
dalam meningkatkan kinerja terdapat tiga pendekatan
1.
Membuat manajer sadar akan bukti-bukti yang menghubungkan
budaya dan kinerja
2.
Membantu mereka mengerti pengaruh yang kuat, baik positif
maupun negatife dari budaya
3.
Mendiskusikan budaya menggunakan bahasa yang dapat dimengerti
manajer dan cepat dihubungkan dengan perilaku mereka sendiri.
6
Denison (1990-2000) mengembangkan model budaya organisasi yang berakar
pada penelitian tentang bagaimana budaya mempengaruhi kinerja organisasi, dan
di fokuskan pada sifat-sifat budaya yang mempunyai pengaruh kunci pada kinerja
bisnis. Model budaya organisasi tersebut didasarkan pada empat sifat budaya
yaitu: involvement (keterlibatan), consistency (konsistensi), adaptability (adaptabilitas), dan mission (misi). Keempat dimensi budaya organisasi ini telah terbukti mempengaruhi
kinerja organisasi sehingga diduga mempengaruhi kinerja manajerial juga.
Berikut
ini diuraikan empat dimensi budaya organisasi menurut Denison:
KETERLIBATAN
Organisasi yang efektif memberdayakan orang-orangnya,
membangun organisasi dalam tim, dan mengembangkan kemampuan sumber daya
manusia (SDM) pada semua level. Anggota-anggota organisasi
mempunyai komitmen terhadap pekerjaannya dan merasa mempunyai sedikit andil
dalam organisasi. Semua
tingkatan merasa bahwa mereka sedikitnya mempunyai input terhadap
keputusan-keputusan yang berakibat pada pekerjaanya dan merasa pekerjaanya
berhubungan langsung dengan tujuan organisasi. Indicator keterlibatan adalah
pemberdayaan, orientasi tim, dan pengembangan kemampuan.
Keterlibatan dalam hubungan antara
budaya dan efektivitas bukanlah hal baru karena telah banyak literatur perilaku
organisasi yang membahasnya.Gagasan pokoknya adalah efektivitas organisasi
merupakan fungsi dari tingkat keterlibatan dan partisipasi para anggota
organisasi. Konsep ini mengemukakan bahwa tingkat keterlibatan dan partisipasi
yang tinggi menciptakan kesadaran akan kepemilikan (sense of ownership) dan tanggung jawab.
Dimensi keterlibatan yang membuat nilai-nilai orientasi tim,
meningkatkan pemberdayaan anggota dan pengembangan kemampuan telah terbukti
berpengaruh terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan termasuk juga
kinerja para manajer tentunya. Budaya organisasi yang membuat dimensi keterlibatan
memampukan manajer melaksanakan tugasnya dengan baik.
7
Hipotesis:
Terdapat pengaruhpositif yang signifikan
antara dimensi keterlibatan dalam budaya organisasi terhadap kinerja
manajerial.
KOSISTENSI
Indikator konsistensi adalah nilai-nilai inti, kesepakatan,
koordinasi, dan integrasi.Dalam konteks organisasi koordinasi dan integrasi
antar unit atau
divisi sering merupakan hal yang sulit untuk dilaksanakan. Masing-masing unit
sering merasa tidak peduli dengan yang lain dalam arti lebih mementingkan
kebutuhan unitnya masing-masing tanpa memperhatikan kepentingan organisasi
secara keseluruhan.
Penelitian menunjukan efektivitas organisasi terjadi karena
organisasi tersebut konsistensi dan terintegrasi secara baik. Sikap perilaku seseorang berakar
pada sekumpulan nilai-nilai inti bersama, para pemimpin, dan anggota dilatih
pada pencapaian kesepakatan (walaupun mereka mempunyai perbedaan sudut pandang). Organisasi dengan sifat-sifat
seperti ini mempunyai budaya yang khusus dan kuat yang secara signifikan
mempengaruhi sikap perilaku anggota pada kemampuan mereka dalam mencapai
kesepakatan dan melakukan tindakan-tindakan terkoordinasi.
Hipotesis:
Terdapat pengaruh postif yang signifikan antara dimensi konsistensi dalam
budaya organisasi terhadap kinerja manajerial.
ADAPTABILITAS
Organisasi yang telah terinterasi dengan baik sering sangat
sulit untuk dirubah. Beradaptasi
digerakkan oleh pelangganya, mengambil resiko dan belajar dari kesalahanya, dan
mempunyai kemampuan serta pengalaman untuk menciptakan perubahan.Mereka
terus-menerus meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai yang
berharga bagi pelangganya.
Organisasi yang memiliki ciri tersebut dikatakan sebagai
organisasi yang memiliki adaptabilitas karena indikator adaptabilitas adalah
kemampuan menciptakan perubahan, fokus
8
pada
pelanggan, kemampuan organisasi untuk belajar.Budaya yang dapat membantu organisasi
mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, akan diasosiasikan
dengan kinerja yang superior dalam periode waktu yang panjang.
Budaya yang demikian disebut budaya adatif yang membantu
perusahaan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah dengan memungkinkanya
mengidentifikasi dan mengeksploitasi peluang-peluang baru. Para anggota percaya bahwa mereka
dapat menata secara efektif masalah baru dan peluang yang mereka temui serta
siap menanggung resiko.
Budaya yang tidak adaptif biasanya sangat
birokratis. Orang-orangnya reaktif, menolak
resiko dan sangat tidak kreatif. Budaya, baik adaptif maupun tidak adaptif sangat
mempengaruhi manajer dalam melaksanakan tugas-tugas manajerial. Ternyata masalah kunci organisasi
terletak pada ketidakmampuan organisasi melakukan adaptasi.
Dalam budaya adaptif manajer sangat
peduli pada pelanggan, pemegang saham dan karyawan. Mereka sangat menghormati
orang dan proses yang dapat menciptakan perubahan yang bermanfaat bahkan
memprakarsai perubahan bila dibutuhkan walaupun menuntut pengambilan resiko.
Hipotesis:
terdapat pengaruh positif yang signifikan antara dimensi adaptabilitas dalam
budaya organisasi terhadap kinerja manajerial.
MISI
Misi adalah sifat budaya yang paling penting bagi organisasi yang berhasil mempunyai
arah dan tujuan yang jelas, didefinisikan dalam tujuan organisasi dan sasaran strategis
dan tercermin dalam visi tentang akan bagaimana organisasi dimasa depan. Jika
visi menggambarkan aspirasi organisasi dan akan menjadi seperti apa, maka misi
menggambarkan organisasi dalam melakukan usaha, melayani pelanggan dan keahlian
yang perlu dikembangkan untuk mencapai visi organisasi. Indikator misi adalah
arah dan intensi strategis, tujuan dan sasaran, visi.
9
Perusahaan yang dapat hidup dan berkembang adalah perusahaan
yang memiliki misi yang memuat hubungan yang seimbang antara para stakeholder
dari perusahaan:
1.
Investor
dan stockholder
2.
Pemasok/supplier
3.
Pemasok/supplier
4.
Masyarakat dan Pemerintah
5.
Pelanggan
Adanya tujuan dan sasaran organisasi
yang berasal dari misi memberi arah pada manajer dalam membuat strategi yang
tepat untuk mencapainya. Langkah yang dilakukan seorang manajer dapat berupa
mengkomunikasikan tujuan dan sasaran organisasi, menciptakan perasaan bersama
akan tugas yang harus dikerjakan untuk mencapainya. Apabila komunikasi telah
berhasil dengan baik, maka anggota organisasi mempunyai kejelasan arah dan
tujuan. Ada bukti yang meyakinkan bahwa
kesuksesan kemungkinan besar terjadi ketika indvidu mempunyai tujuan terarah.
Hipotesis:
Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara dimensi misi dalam budaya
organisasi terhadap kinerja manajerial
Dimana
dimensi-dimensi budaya organisasi yaitu keterlibatan, konsistensi,
adaptabilitas dan misi merupakan variabel independen, sedangkan kinerja
manajerial merupakan variabel independen.
2.5 PENGERTIAN WEWENANG ORGANISASI
Wewenang
(Authority) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada
kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama
yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan
ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk
menjalankan kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan
sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu agar tujuan dapat tercapai. Pengorganisasian (Organizing) merupakan
proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan
10
organisasi, sumber daya-sumber
daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupinya.
2.6 DELEGASI
WEWENANG
Delegasi
wewenang adalah proses dimana para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah
kepada orang-orang yang melapor kepadanya.
Empat kegiatan terjadi ketika
delegasi dilakukan:
1. Pendelegasi
menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan.
2.
Pendelegasi melimpahkan wewenang yang di perlukan untuk
mencapai tujuan atau tugas.
3.
Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit,
menimbulkan kewajiban atau tanggung jawab.
4.
Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk
hasil-hasil yang dicapai.
Wewenang lini, adalah wewenang dimana
atasan melakukannya atas bawahannya langsung. Yaitu atasan langsung memberi
wewenang kepada bawahannya, wujudnya dalam wewenang perintah dan tercermin
sebagai rantai perintah yang diturunkan ke bawahan melalui tingkatan
organisasi.
Wewenang staf,
adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis untuk
menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia ini.
Kualifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang duduk sebagai taf yaitu dengan
menganalisa melalui metode kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau
dengan menggabungkan ketiganya.
11
Baishline mengajukan enam pokok
kualifikasi yang harus dipengaruhi oleh seorang staf yaitu :
1. Pengetahuan yang luas tempat diamana dia bekerja2. Punya sifat kesetiaan tenaga yang besar, kesehatan yang baik, inisiatif, pertimbangan yang
baik dan kepandaian yang ramah.
3. Punya semangat kerja sama yang ramah
4. Kestabilan emosi dan tingkat laku yang sopan.5. Kesederhanaan
6. Kemauan baik dan optimis
Kualifikasi
utama yaitu memiliki keahlian pada bidangnya dan punya loyalitas yang tinggi.
Konsekkuensi organisasi yang menggunakan staf yaitu menambah biaya administrasi struktur orgasisasi menjadi
komplek dan kekuasaan, tanggung jawab serta akuntabilitas. yaitu memiliki
keahlian pada bidangnya dan punya loyalitas yang tinggi. Wewenang staf yaitu
hak para staf atau spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi konsultasi
pada personalia yang tinggi,
Hal yang perlu
diperintahkan dalam mendelegasikan suatu kegiatan kepada orang yang ditujuk
yaitu:
·
Menetapkan dan memberikan tujuan serta kegiatan
yang akan dilakukan
·
Melimpahkan sebagian wewenangnya kepada orang
yang di tunjuk
·
Orang yang ditunjuk mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab yang harus dilaksanakan agar tercapainya tujuan
·
Menerima hasil pertanggung jawaban bawahan atas
kegiatan yang dilimpahkan
12
Wewenang staf fungsional adalah
hubungan terkuat yang dapat dimiliki staf dengan satuan-satuan lini. Chester Bamard mengatakan bahwa seseorang
bersedia menerima komunikasi yang bersifat kewenangan bila memenuhi:
v
Memahami komunikasi tersebut
v
tidak menyimpang dari tujuan organisasi
v
tidak bertentangan dengan kepeningan pribadi
v
Mampu secara mental dan fisik untuk mengikutinya
Agar wewenang yang dimiliki seseorang dapat di taati oleh bawahan maka
diperlukan adannya:
Kekuasaan
( power ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok,
keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Kekuasaan
posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini
tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
2. Kekuasaan
pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada
pimpinan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manajer adalah pelaku yang
menyusun atau membuat laporan keuangan sehingga kualitas laba tergantung dari
siapa yang membuatnya, hal ini menarik untuk dilakukan guna menjawab
pertanyaan apakah semakin cakap/pandai/yang memiliki kemampuan seorang
manajer akan berarti manajer tersebut dalam penyusunan laporan
keuangan yang disajikan lebih baik (labanya berkualitas) ataukah
sebaliknya.
Peran manajer dalam organisasi sangat menentukan efektivitas
organisasi.Efektif di sini artinya manajer menjalankan pekerjaan yang benar,
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Untuk mencapai efektivitas organisasi, kegiatan atau fungsi manajer mengarah pada
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Organisasi mencapai tujuan tergantung
pada kinerja manajernya, artinya bagaimana ia menjalankan kegiatan atau fungsinya.
Kemampuan manajerial sangat di pengaruhi oleh budaya
organisasi. Dengan berpedoman pada budaya organisasi, para manajer akan dapat
mengatur suatu organisasi dengan baik. Manajer bekerja dengan siapa saja pada
setiap tingkat baik didalam maupun di luar organisasi yang dapat membantunya
dalam mencapai tujuan organisasi.Tujuan para manajer dalam setiap organisasi
ialah menciptakan perilaku yang dikoordinasikan sehingga organisasi
Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang dirasakan bersama oleh anggota
organisasi (sub unit organisasi) yang diwujudkan dalam bentuk sikap perilaku
dalam organisasi (Pratt dan Beaulieu, 1992.Schein (1992) mendefinisikan budaya
organisasi sebagai pola asumsi dasar (digali, ditemukan atau dibangun suatu
kelompok sebagai pembelajaran untuk menanggulangi masalah-masalah yang
berkaitan dengan adaptasi).
14
3.2
SARAN
Jadi Peran manajer dalam organisasi sangat
berpengaruh pada
efektivitas organisasi. Efektif
di sini artinya manajer menjalankan pekerjaan yang benar dan baik, sehingga tujuan kita dapat tercapai dengan baik.
Perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sangat
berpengaruh pada fungsi menejer.
Dan kita harus
memahami pengaruh budaya terhadap kemampuan menejerial dengan baik dan benar
agar kita bisa lebih memahaminya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar