Masyarakat Madura secara demografis merupakan salah satu etnis ketiga terbesar setelah Jawa dan Bali. Konsekuensi antroplologisnya kebudayaan Madura tidak dipandang sebelah mata. Namun ironis sekali, kenyataannya dalam wacana akademik masyarakat dan kebudayaan Madura masih terabaikan dibandingkan dengan kedua etnis tersebut.
Lebih dari pada itu, pandangan mereka terhadap masyarakat dan kebudayaan Madura selalu cenderung negatif. Kesan ini sangat tampak antara lain pada homur-humor tentang orang Madura. Hampir semua humor tersebut kenyataannya bukan kreasi orang Madura melainkan justru diproduksi dan terus direproduksi oleh orang luar Madura yang pada umumnya kurang memahami kebudayaan Madura secara proporsional dan kontekstual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa selama ini telah terjadi proses marginalisasi masyarakat dan kebudayaan Madura.
Lebih dari pada itu, pandangan mereka terhadap masyarakat dan kebudayaan Madura selalu cenderung negatif. Kesan ini sangat tampak antara lain pada homur-humor tentang orang Madura. Hampir semua humor tersebut kenyataannya bukan kreasi orang Madura melainkan justru diproduksi dan terus direproduksi oleh orang luar Madura yang pada umumnya kurang memahami kebudayaan Madura secara proporsional dan kontekstual. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa selama ini telah terjadi proses marginalisasi masyarakat dan kebudayaan Madura.
Tampaknya memang sulit dielakkan karena dua factor yaitu geografis dan politis. Pertama,
secara geografis pulau Madura sebagai tempat orang Madura mengalami proses
sosialisasi sejak awal lingkaran kehidupannya, letaknya sangat dekat dan berhadapan langsung dengan Pulau Jawa-tempat
orang Jawa mengalami proses yang sama. Setiap bentuk interaksisosial orang Madura dengan orang luar mau tidak mau pertama-tama akan terjalin dengan orang Jawa sebagai pendukung kebudayaan Jawa. Oleh karena dalam interaksi social pasti akan terjadi sentuhan budaya sedangkan kebudayaan Jawa sudah telanjur diakui sebagai kebudayaan dominan (dominant culture) maka dalam ajang persentuhan budaya tersebut masyarakat dan kebudayaan Madura menjadi tersubordinasi sekaligus termarginalkan.
Jika semuanya ini benar-benar dilakukan maka nilai-nilai luhur budaya Madura akan tetap eksis dan mengemuka sebagai referensi utama bagi setiap
orang Madura dalam hal berpikir, bersikap, dan berperilaku. Lebih-lebih ketika mereka harus membangun dan menjalin interaksi social dengan orang-orang di luar kebudayaan Madura
Dengan demikian kebiasaan yang selama ini melekat lambatlaun akan memudar, sehingga masyarakat dan kebudayaan Madura tidak akan lagi tersisihkan. Bahkan, kedepan tidak tertutup kemungkinan pada suatu saat masyarakat dan kebudayaan Madura justru akan muncul sebagai salah satu alternative referensi bagi masyarakat dan kebudayaan lain.
Dengan demikian kebiasaan yang selama ini melekat lambatlaun akan memudar, sehingga masyarakat dan kebudayaan Madura tidak akan lagi tersisihkan. Bahkan, kedepan tidak tertutup kemungkinan pada suatu saat masyarakat dan kebudayaan Madura justru akan muncul sebagai salah satu alternative referensi bagi masyarakat dan kebudayaan lain.
bagus nih materi nya
BalasHapushttp://www.marketingkita.com/2017/08/principal-menurut-ilmu-marketing.html